Aliran kebatinan atau sekarang dikenal dengan “Kepercayaan”, lengkapnya Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah suatu sistem kepercayaan atau sistem spiritual yang ada di Indonesia selain agama, aliran, faham, sekte, atau mazhab dari agama tersebut. Nama Kebatinan dikenal pada tahun 1950-an sampai akhir tahun 1960-an, muncul dalam berbagai bentuk gerakan atau perguruan kebatinan. Dan nama aliran kebatinan pada tahun 1950-an itu mencapai lebih 400 aliran, antara lain : aliran Suci Rahayu (1925), Budha Wisnu (1925), Ilmu Sejati-Prawirosoedarso (1926), Paguyuban Ngesti Tunggal/PANGESTU (1932) dan Paguyuban Sumarah (1935).
Keberadaan aliran Kebatinan/Kepercayaan dalam wujudnya sebagai organisasi yang beraneka macam serta dalam jumlah yang tiada sedikit, barangkali itu boleh dipandang sebagai fenomena baru, karena organisasi- organisasi aliran Kepercayaan itu pada umumnya baru muncul setelah proklamasi kemerdekaan.
Paham kebatinan telah ada sejak Islam bersentuhan dengan budaya Jawa Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan Hindu Budha itulah yang menghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi cirri khas aliran kepercayaan. Faham kebatinan ini dalam proses perkembangannya senantiasa didukung oleh golongan priyayi, yaitu golongan keluarga istana dan pejabat pemerintahan kraton.
Dalam mistik priyayi ini, tidak ada bedanya antara Yang Mutlak (Tuhan) dengan manusia. Terjadinya persatuan antara manusia dengan Yang Mutlak tergantung dari kesungguhan usaha manusia. Sedangkan dalam mistik Islam, jelas bahwa Tuhan berbeda dengan manusia. Namun demikian mistik priyayi tidak canggung-canggung menggunakan istilah-istilah dalam mistik Islam yang mungkin sesuai dengan penghayatan mereka, seperti istilah al fana, al baqa, wahdatul wujud an lain sebagainya.1
Didalam sejarah spritual bangsa indonesia, kepercayaan-kepercayaan masyarakatnya terhadap benda-benda, tumbuh-tumbuhan atau roh nenek moyang telah ada jauh sebelum indonesia diproklamasikan kemerdekaannya. Kepercayaan-kepercayaan yang dikenal dengan sebutan animisme, dinamisme, panteisme, adalah agama mula-mula bahasa indonesia.
Didalam perkembangannya, agama asli ini disebuut sebgai aliran kepercayaan atau aliran kebathinan. Diindonesia, kehadiran sebuah agama memang bisa dilacak ketika sebuah masyarakat eksis. Agama eksis bertepatan saat ada sebuah komunitas yang eksis pula. Masyarakat yang dikatakan primitif sekalipun, harus diakui bahwa mereka bukanlah kumpulan individu yang hidup tanpa ada sebuah kepercayaan. Pertanyaan kemudian, kapankah muncul aliran kepercayaan/ kebatinan ? Golongan kepercayaan/ kebatinan mengatakan bahwa kepercayaan/ kebatinan sudah lahir sejak waktu yang lama, yakni mulai dari zaman nenek moyang baik berupa animisme/ dinamisme, hindu/ budha, sampai dengan islam.
Bahkan, penganut kepercayaan mengatakan bahwa pada dasarnya sejak peradaban kuno sebelum hindu masuk kebumi republik indonesia, bangsa indonesia sudah menganut Satu kepercayn terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti menganut paham monotheisme bukan polytheisme. Mencermati substansi aliran kepercayaan/kebatinan sulit untuk menyebut aliran ini merupakan produk budaya asli Indonesia. Karena
sesugguhnya tidak ada budaya asli tanpa pengaruh budaya lainnya di dunia ini. Dengan demikian, maka aliran kepercayaan/ kebatinan telah berakulturasi dengan budaya lainnya.Dalam sejarah, sejak Islam masuk ke Indonesia aliran ini sudah becorak mistik Hindu/ Buddha, kemudian berakulturasi dengan mistik Islam.
Proses interaksi mistik Islam dengan mistik Hindu/ Buddha ini terjadi pada masaKerajaan Islam Demak. Oleh karenya, pada zaman kolonial, aliran kepercayaan/kebatinan tidak dapat berkembang sebab ia dianggap bagian dari Islam, maka hukum yang beralku bagi penganutnya adalah hukum sebagaimana diterapkan bagi umat Islam.
Dalam konteks kepercayan, pada masa pra Hindu-Buddha, mereka adalah masyarakat yang sangat menghargai para leluhurnya. Kepercayaan yang muncul biasanya berbentuk keyakinan kepada adanay jiwa, mirip seperti yangdiungkapkan Edward Burnett Tylor tentang asal muasal agama. Bagi tylor sebagaimana dikutip Walter H. Cappa, definisi minimal tentang agama tidak lain adalah percaya pada spiritual being. Mereka yang
menganut aliran ini adalah penduduk mula-mula bangsa indonesia.
Koentjaraningrat mengatakan bahwa manusia indonesia yang tertua sudah ada kira-kira satu juta tahun yang lalu, waktu dataran sunda masih merupakan daratan dan waktu asia tenggara bagian benua dan bagian kepulauan masih bersambung menjadi satu. Dari sisi fisik, penduduk itu memiliki tubuh dengan ciri fisik yang berbeda dengan manusia sekarang dan sisanya adalah beberapa posil yang ditentukan dibeberapa desa didaerah lembah bengawan solo (pithecanthropus erectus).
Dari aspek kepercayaan dapat dimengerti kalau suku suku bangsa indonesia mula-mula adalah menganut paham animisme. Animisme mempercayai bahwa setiap benda dibumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon, atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan keseharian mereka.
Dapat ditambahkan disini bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam agama Indonesia primitif antara lain:
Pertama, keyakinan panteistik bahwa segala sesuatu dan segala makhluk hidup punya jiwa, energi kehidupan yang sama untuk semua, tetapi mungkin lebih kuat pada sesorang daripada orang lain lain dan lebih terkonsentrasi dibagian tertentu tubuh manusia dari pada dibagian lain. Kedua, keyakinan pada keberadaan jiwa personal yang mendiami seorang manusia seumur hidup. Jiwa ini tetap hidup sesudah tubuh mati dan kemudian tetap tinggal disekitar tempat dimana tubuh itu pernah hidup.
Jiwa itu tidak pernah berlari dari kehidupan manusia, tetapi justru ada dan terus melibatkan diri dalam komunitas. Kehidupan masyarakat Indonesia yang kental dengan nuansa animisme ini kemudain sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Hal itu terjadi seiring dengan proses transformasi yang sedemikian terbuka, kebudayaan luar, mulai masuk dalam ranah bangsa ini.
Kebudayaan Hindu bisa dideteksi telah masuk ke Indonesia dengan dibuktikan oleh batu-batu tertulis disungan Cisadane Bogor, dan di Kutai, Kalimantan Timur. Hindu masuk ke Indonesia melalui satu proses perdagangan Internasional. Di negara-negara pantai, orang asing yang datang dari India Selatan atau Tamil dari Srilanka adalah penguasanya.
Pedagang dari India Selatan itulah yang pada abad ketiga dan keempat SM membawa agama Hindu dan Buddha ke kepulauan Indonesia pada umumnya dan Jwa pada khususnya. Permulaan zaman Hindu itulah yang mengakhiri fase prasejarah kehidupan Jawa.
Kehadiran Hindu di Nusantara kemudian diikuti oleh Buddha. Tetapi sama halnya dengan Hindu, Buddha pun tidak merupakan sebuah agama yang merakyat. Ia masih ada di wilayah kerajaan, sehingg bisa dikatakan ini merupakan religi yang elitis. Sementara rakyat saat itu masih setia dengan kepercayaannya masing-masing.
Menurut Rachmat Subagya dalam agama asli Indonesia menyatakan bahwa agama pendatang itu memiliki keunggulan dalam perlengkapan doktriner dan kenegaraan. Lambat lau agama tersebut berfungsi sebagai ideology Negara dibawah kekuasaan sentral dan sakral. Namun penduduk tetap menganut agama asli sekalipun digolongkan out-group.
Di jawa pada masa hindu penganut agama asli ini disebut Jaba. Karena eksistensiya sebagai agama penguasa, akan sangat mungkin jika agama pendatang itu menjadi agama politik dan bersikap diskriminatif terhadap agama asli. Seungguhpun demikian, hal itu tetap tidak berhasil mengubah keyakinan rakyat banyak. Agam pendatang itu berkembang di dalam isolasi mandala dan pada jaman islam dan pesantren. Uniknya pula, pola piker asli itu sedikit demi sedikit merembes kedalam pola piker yang tidak asli itu. Setelah berakhirnya masa kerajaan Hindu-Buddha, fase baru kehidupan bangsa ditandai dengan masuknya Islam. M.C. Ricklefs menyebut kehadiran Islam ini sebagai awal dari sejarah modern bangsa Indonesia.
Ada tiga alasan kuat yang bagi Ricklefs menjadi dasar mengapa gejala ini dikenal sebagai babak baru sejarah modern Indonesia, yaitu :
- Unsur kebudayaan dan Agama. Dalam pandangan Ricklefs, sejarah islamisasi di Indonesia pada tahun 1200-an menjadi unsur penting dalam proses ini. Proses (islamisasi) ini yang kemudian membuat berbagai peubahan- perubahan.
- Sejarah modern Indonesia ditandai dengan adanya interaksi antara Indonesia dan barat pada tahun Barat pada masa tersebut sebenarnya hidup di bawah baying-bayang kejayaan Turki Ottaman yang menaklukkan konstatinopel pada 1453, akan tetapi ada beberapa Negara barat yang telah mencapai kemajuan-kemajuan tertentu. Satu contoh adalah portugis yang memiliki pengetahuan yangcukup baik dalam bidang astronomi dan geografi. Dengan bekal itulah mereka melakukan pelayaran hingga sampai ke Indonesia.
- Historiografi. Tulisan pada masa ini tidak lagi menggunakan bahasa jawa atau melayu kuno, tetapi sudah menggunakan bahasa Indonesia modern, seperti jawa, melayu dan dalam bahasa eropa. Unsure-unsur yang pada tahun 1300- 1500 muncul dan terus ada sejak saat itu. Pada zaman ini, agama yang berkembang sebelum kemunculan Islam pun tidak bisa dihilangkan . bahka di keratin-keraton, para pujangga mengembangkan sintesis kesustraan dan keagamaan anatara unsure jawa tradisional dan unsure muslim, yang didalamnya unsure muslim sebenarnya sedikir saja. Dalam hal ini unsur Hindu pun ikut dipertahankan.2
Penulis : HR. WIJYAYA, M.Si.
—————————————————————–
Sumber :
1Sofwan, Ridin, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan (Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa), Semarang: Aneka Ilmu, 1999.
2David Barret dan Todd Johnson, Annual Statistical Table on Global Mission: 2003” dalam International Bulletin of Missionary Research. Vol 27 No 1. (Denville, New Jersey., 2003), hal. 25