Salah satu jenis tarian yang sangat terkenal di Tanah Jawa adalah Kuda lumping . Tarian ini melibatkan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lain yang di anyam ,dipotong dqn di bentuk menyerupai kuda, dengan rambut tiruan dari tali plastik atau ijuk atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Tarian ini juga dikenal dengan berbagai sebutan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya seperti Jaran Kepang atau Jathilan. Kuda lumping berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Meskipun memiliki variasi nama di berbagai daerah seperti Kuda Lumping di Jawa Barat, Jathilan Hamengkubuwono di Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta Jaran Kepang di Surabaya, tarian ini merupakan bagian penting dari budaya dan seni pertunjukan Indonesia[1][2][3].
Tarian kuda lumping melibatkan penari yang menari dengan kostum mirip kuda. Meskipun kuda lumping pada dasarnya adalah seni pertunjukan dan budaya, sebagian orang mungkin mengaitkannya dengan fenomena mistis atau spiritual.
Beberapa aspek yang membuat kuda lumping dianggap memiliki dimensi mistis meliputi:
A. Transe (kerasukan) atau Posisi Altered State of Consciousness:
– Beberapa penari kuda lumping dikatakan memasuki keadaan trance atau perubahan kesadaran (kerasukan)selama pertunjukan. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai pengalaman spiritual atau mistis oleh sebagian orang.
Transe atau posisi Altered State of Consciousness (ASC) pada pertunjukan kuda lumping adalah fenomena di mana penari atau individu yang terlibat dalam pertunjukan mengalami perubahan kesadaran yang sementara. Beberapa ciri ASC dalam konteks kuda lumping mungkin melibatkan:
1. Gerakan dan Ekspresi Tubuh yang Intens:
- Penari kuda lumping dapat menunjukkan gerakan tubuh yang intens, seringkali di luar kemampuan fisik normal mereka.
- Ekspresi wajah dan gerakan tubuh dapat menandakan perubahan keadaan kesadaran.
2. Penggunaan Musik dan Ritme:
- Musik dan ritme dalam pertunjukan dapat berperan penting dalam menciptakan kondisi untuk mencapai transe.
- Pola ritmis dan musik yang monoton dapat membantu menciptakan suasana yang mendukung perubahan kesadaran.
3. Kontak dengan Energi Mistis:
- Beberapa penari atau individu yang mengalami transe mungkin percaya bahwa mereka berada dalam kontak dengan energi mistis atau kekuatan supranatural.
- Ini dapat diartikan sebagai pengalaman spiritual atau transendental.
4. Perubahan Identitas atau Watak:
- Selama transe, penari kuda lumping mungkin mengidentifikasi diri mereka dengan karakter atau entitas tertentu yang mereka perankan.
- Ini menciptakan perasaan bahwa mereka tidak lagi sepenuhnya berada dalam keadaan normal.
5. Komunikasi dengan Dunia Rohani:
Beberapa kelompok kuda lumping percaya bahwa individu yang mengalami transe dapat berkomunikasi dengan dunia rohani atau menerima pesan dari entitas spiritual.
Penting untuk dicatat bahwa fenomena ini diinterpretasikan berbeda-beda oleh berbagai kelompok dan masyarakat. Transe dalam konteks kuda lumping sering dianggap sebagai bagian dari warisan budaya dan keagamaan yang memiliki makna mendalam dalam ritual dan pertunjukan tradisional.
B. Simbolisme Mistis:
– Kostum dan atribut dalam pertunjukan kuda lumping seringkali memiliki simbolisme mistis atau spiritual yang mendalam,
Simbolisme mistis dalam transe pada pertunjukan kuda lumping dapat mencakup berbagai elemen yang merujuk pada kepercayaan spiritual dan nilai-nilai budaya tradisional. Beberapa simbolisme mistis yang sering terlihat dalam konteks ini melibatkan:
1. Kostum dan Atribut:
– Kostum penari kuda lumping sering kali dirancang dengan simbol-simbol mistis, seperti gambar-gambar hewan atau makhluk-makhluk fantastis yang memiliki makna dalam mitologi setempat.
– Atribut, seperti tongkat atau benda-benda ritual lainnya, mungkin memiliki simbolisme keagamaan atau kesejahteraan.
2. Warna dan Motif:
– Warna-warna tertentu pada kostum dan aksesori mungkin memiliki makna simbolis. Misalnya, warna merah sering dikaitkan dengan keberanian atau kekuatan spiritual.
– Motif-motif yang digunakan dalam desain kostum bisa menggambarkan cerita-cerita mistis atau mitologis.
3. Gerakan dan Pose Tubuh:
– Gerakan tubuh penari, terutama selama transe, dapat mencerminkan simbolisme keagamaan atau koneksi dengan kekuatan supranatural.
– Posisi tertentu atau pose mungkin memiliki arti yang dalam dalam konteks spiritual.
4. Musik dan Ritme:
– Musik yang digunakan dalam pertunjukan kuda lumping dapat menciptakan atmosfer mistis.
– Pola ritmis yang repetitif dan intens dapat menginduksi transe dan dianggap sebagai sarana untuk mencapai koneksi spiritual.
5. Ekspresi Wajah dan Suara:
– Ekspresi wajah penari selama transe bisa mencerminkan pengalaman mistis atau transformasi spiritual.
– Suara-suara tertentu yang dihasilkan oleh penari atau instrumen musik dapat dianggap sebagai komunikasi dengan dunia roh.
6. Simbolisme Mitologis:
– Cerita-cerita mitologis atau legenda mungkin diperankan atau diinterpretasikan melalui pertunjukan, menambahkan lapisan simbolisme mistis.
Simbolisme mistis dalam pertunjukan kuda lumping mencerminkan warisan budaya dan kepercayaan yang mendalam di masyarakat setempat. Interpretasi simbolisme ini dapat bervariasi di antara komunitas-komunitas yang berbeda dan merupakan bagian integral dari makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam seni pertunjukan tersebut. mencerminkan mitologi dan kepercayaan tradisional.
C. Ritual dan Doa:
– Beberapa kelompok kuda lumping melibatkan ritual dan doa sebelum atau selama pertunjukan, menambahkan unsur keagamaan atau mistis.
Ritual dan doa pada pertunjukan kuda lumping menambah dimensi keagamaan dan spiritual dalam seni tradisional ini. Beberapa elemen ritual dan doa yang mungkin terkait dengan pertunjukan kuda lumping termasuk:
1. Persiapan Spiritual:
– Sebelum pertunjukan, penari dan tim mungkin melakukan persiapan spiritual, termasuk puasa atau ritual keagamaan untuk membersihkan diri dan mendapatkan keberkahan.
2. Doa Pembukaan:
– Sebuah doa pembukaan sering dilakukan untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan kesejahteraan selama pertunjukan.
– Doa ini dapat melibatkan ungkapan rasa syukur kepada kekuatan supranatural atau roh yang diyakini melindungi.
3. Ritual Pemberkatan:
– Sebagai bagian dari persiapan, kostum dan atribut mungkin diberkati dengan doa atau ritual khusus untuk memberikan keberkahan pada elemen-elemen tersebut.
4. Invokasi Roh atau Dewa:
– Dalam beberapa pertunjukan, terdapat invokasi kepada roh atau dewa tertentu yang diyakini hadir atau memberikan dukungan spiritual selama pertunjukan.
– Ini bisa melibatkan penggunaan mantra atau doa khusus.
5. Doa Kesejahteraan:
– Selama pertunjukan, terkadang ada doa yang diucapkan untuk memastikan kesejahteraan para penari dan penonton.
– Doa ini mungkin mencakup harapan akan keamanan, kesehatan, dan kesuksesan.
6. Ritual Penutup:
– Setelah pertunjukan selesai, mungkin ada ritual penutup yang melibatkan ucapan terima kasih dan permohonan maaf kepada kekuatan supranatural yang terlibat.
– Ritual ini dapat mencakup pemberian tawaran atau persembahan sebagai ungkapan rasa terima kasih.
Penting untuk dicatat bahwa praktik-praktik keagamaan dan ritual dapat bervariasi di antara kelompok kuda lumping yang berbeda, tergantung pada tradisi setempat dan kepercayaan masyarakat. Ritual dan doa dalam pertunjukan kuda lumping bukan hanya bagian dari seni pertunjukan itu sendiri, tetapi juga mencerminkan hubungan yang mendalam antara seni, kepercayaan, dan spiritualitas dalam budaya tradisional.
D. Pengobatan Tradisional:
– Dalam beberapa kasus, kuda lumping dianggap memiliki kemampuan penyembuhan atau dapat membawa keberuntungan.
– Sebagian orang mungkin mencari pertunjukan kuda lumping untuk keperluan spiritual atau pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional dalam konteks pertunjukan kuda lumping umumnya mencakup praktik-praktik yang dianggap memiliki efek penyembuhan atau perlindungan terhadap para penari atau peserta. Meskipun tidak menggantikan peran layanan kesehatan modern, beberapa elemen pengobatan tradisional yang terkait dengan pertunjukan kuda lumping melibatkan:
1. Tata Cara Pengobatan Alternatif:
– Penyelenggara atau peserta kuda lumping mungkin mengamalkan tata cara pengobatan alternatif, seperti penggunaan ramuan herbal, minyak esensial, atau benda-benda tertentu yang dianggap memiliki energi penyembuhan.
2. Ritual Penyembuhan:
– Ritual-ritual tertentu, termasuk doa atau mantra penyembuhan, dapat diadakan sebelum atau setelah pertunjukan untuk melibatkan kekuatan supranatural dalam proses penyembuhan.
3. Pemberian Tawaran atau Persembahan:
– Sebagai bentuk apresiasi atau permohonan bantuan spiritual, tawaran atau persembahan dapat diberikan kepada roh atau kekuatan spiritual tertentu yang dianggap dapat memberikan perlindungan atau kesejahteraan.
4. Penggunaan Simbolisme Mistis:
– Penggunaan simbolisme mistis dalam pertunjukan dapat dihubungkan dengan pengobatan tradisional. Misalnya, penggunaan simbol-simbol tertentu pada kostum atau atribut penari.
5. Pertolongan Spiritual:
– Dalam kepercayaan tertentu, penari kuda lumping mungkin mencari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah kesehatan atau melindungi diri dari potensi bahaya.
Penting untuk dicatat bahwa praktik pengobatan tradisional dalam pertunjukan kuda lumping lebih bersifat spiritual dan simbolis, dan mereka tidak menggantikan perawatan medis yang profesional. Pengobatan tradisional ini sering kali dilihat sebagai cara untuk memperkuat ikatan budaya dan spiritual dalam konteks seni pertunjukan tradisional. Individu yang menghadapi masalah kesehatan yang serius disarankan untuk mencari bantuan dari penyedia layanan kesehatan yang terlatih.
Sehingga meskipun ada unsur-unsur mistis dalam konteks budaya dan kepercayaan masyarakat, penting untuk diingat bahwa kuda lumping pada dasarnya adalah seni pertunjukan yang diwariskan secara turun-temurun dan terkait dengan tradisi lokal. Interpretasi mengenai dimensi mistis dapat bervariasi tergantung pada perspektif budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.
Oleh. DR.HR.Wijaya,M.Si
Rujukan:
[1] Kuda lumping – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas https://id.wikipedia.org/wiki/Kuda_lumping
[2] Kuda kepang – Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas https://ms.wikipedia.org/wiki/Kuda_kepang
[3] Tari Kuda Lumping: Sejarah, Makna, Jenis, dan Properti yang Digunakan https://www.gramedia.com/literasi/tari-kuda-lumping/
[4] KESENIAN KUDA LUMPING – Website Resmi Desa Krakal Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen https://krakal.kec-alian.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/6/37
[5] Dinamika Pergelaran Jaran Kepang di Kota Malang dalam Perspektif … https://www.researchgate.net/publication/363089194_Dinamika_Pergelaran_Jaran_Kepang_di_Kota_Malang_dalam_Perspektif_Antropologi