Aliran Kepercayaan

Kebatinan memang bukanlah hal yang tabu bagi umat manusia khusunya Indonesia, dan dari sini pulalah kita dapat pahami bahwa kegelisahan manusia yang tidak mendapatkan kepuasan pada agama yang mereka yakini inilah cikal-bakal meluncurnya aliran kebatinan di tengah-tengah masyarakat. Kebatinan merupakan ekspresi dari manusia untuk menunujukan bahwa dirinya itu memang pantas dan relevan untuk memaham kedekatan tubuhnya dengan sang pencipta (Tuhan) melalui hal-hal yang berada di luar indra mereka.1

Aliran kepercayaan atau disebut juga dengan aliran kebatinan telah muncul sejak Indonesia merdeka. Peristiwa ini ditandai dengan diadakannya Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) yang diikuti oleh berbagai aliran yang ada di Indonesia. Banyak aliran yang turut ikut serta, salah satunya saat diadakan BKKI kelima yang dihadiri 83 aliran. Banyak dari para ahli yang mendefinisikan apa itu aliran kebatinan, tetapi definisi dari kebatinan sendiri masih belum ada yang memuaskan karena banyak para ahli yang hanya mengambil definisi dari kata batin saja.

Aliran kepercayaan adalah paham yang membentuk komunitas, terdiri dari sejumlah orang yang berasal dari berbagai kepercayaan agama, kemudian mengikatkan diri untuk bersepakat dalam nilai-nilai kehidupan berdasarkan keyakinan batin. Aliran kepercayaan sudah berlangsung ratusan tahun di Indonesia. Aliran kepercayaan sifatnya tersembunyi, maka sangat sulit untuk dirumuskan karena bersifat subjektif.

Diantara pendapat para ahli mengenai definisi aliran kepercayaan atau aliran kebatinan adalah :

  1. Kamil Kartapraja (1985:1), Aliran Kepercayaan adalah keyakinan masyarakat Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepercayaan kepada keadaan yang gaib lainnya di luar agama dan tidak termasuk kedalam agama. Menurut Kamil Kartapraja ada 2 jenis dari kepercayaan yaitu :
  1. Kepercayaan yang sifatnya tradisional dan animistis tanpa filosofis dan mistik, contohnya Parmalin, Palbegu, Kaharingn, Toani Tolatong dan suku terasing.
  2. Kepercayaan yang ajarannya terdapat filosofis dan Inilah yang disebut aliran Kebatinan atau golongan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Badan Kongres Kebatinan Indonesia yang dipimpin oleh Wongsonegoro tahun 1962, mengartikan Kebatinan sebagai sumber azas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.
  4. Asad El-Hafidy (1977:87), Kepercayaan adalah suatu faham dogmatis yang terjalin dengan adat istiadat hidup dari berbagai macam suku bangsa. Sedangkan Kebatinan adalah sumber rasa dan kemauan untuk mencapai kebenaran, kenyataan kesempurnaan dan kebahagiaan hidup.
  5. Hilman Hadikusumo (1993:85), Kebatinan adalah asal kata dari “batin” yang artinya bagian tubuh Kebatinan dapat diartikam Ilmu yang berusaha mempelajari arti yang dalam dan tersembunyi dalam kitab suci.
  1. Mertodipuro dalam R.Rahmat Subagia, Agama Asli Indonesia: (1981:25), Kebatinan adalah cara ala Indonesia untuk mendapatkan
  2. Harun Hadiwiyono, (Pustaka 1978 : 11), Mengartikan Kebatinan adalah suatu aliran yang mencari kelepasan atau keselamatan yang dipandangnya sebagai terdiri dari persekutuan antara manusia dengan Allah dengan menyelam kedalam dirinya.

Jadi menurut pemahaman penulis aliran kepercayaan itu adalah sebuah aliran kerohanian dan kejiwaan yang tumbuh dari penyatuan berbagai agama untuk mencapai kebahagian serta kesempurnaan hidup.2  Menurut Prof. Kamil Kartapradja, bahwa aliran kepercayaan adalah keyakinan dan kepercayaan rakyat Indonesia di luar agama, dan tidak termasuk ke dalam salah satu agama. Aliran kepercayaan itu ada dua macam:

  1. Kepercayaan yang sifatnya tradisional dan animistis, tanpa filosofi dan tidak ada pelajaran mistiknya, seperti kepercayaan orang-orang Perlamin dan Pelebegu di Golongan kepercayaan yang ajarannya ada filosofinya, juga disertai mistik, golongan inilah yang disebut atau menamakan dirinya golongan. Golongan kebatinan ini dalam perkembangannya akhirnya menamakan dirinya sebagai Golongan Kepercayaan Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam realitas sosial Pada mulanya, aliran kebatinan dan kepercayaan memiliki akar sejarah pertumbuhan yang cukup panjang dan lama sejak ratusan tahun yang lampau. Aliran ini lahir dari hasil proses perkembangan budaya, buah renungan dan filsafat nenek moyang, yang kemudian terpaku menjadi adat istiadat masyarakat turun temurun hingga sekarang. Mayoritas aliran kepercayaan menjadikan adat istiadat ini sebagai pedoman ajaran yang sangat dipegang teguh yang dihayati dan diamalkan. Kebatinan Jawa sebenarnya adalah peninggalan tradisi agama Jawa asli sebelum adanya pengaruh agama-agama besar (Hindu, Buddha, Islam dan Kristen). Setelah masuknya Hindu, Buddha, Islam dan Kristen, maka terjadilah akulturasi budaya dimana agama asli penduduk bercampur dengan agama baru.

Didalam studi agama, kata kepercayaan (belief) biasanya selalu bersanding dengan kata agama (religion), sehingga frasa religion and belief atau religion or belief kerapkali ditemuka dalam refrensi atau dokumen hak asasi manusia di barat.

Dalam the world university encyclopedia pengertian religion dijelaskan sebgai sebuah tema yang menunjukkan hubangan antara manusia dengan satu atau lebih tuhan. Beberapa bahasa mengaitkan kata religion dengan kata relegere, to gather together (berkumpul bersama), atau juga dikaitkan dengan kata religare, yang artinya mengikat kembali (to bind back) atau mengikatkan (to pasten).

Tidak terhitung banyaknya bentuk agama yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan fetishism, totemisme dan penyembahan terhadap berhala selalu terkait dengan agama. Satu fakta psikologis tentang manusia adalah bahwa kebanyakan manusia membutuhkan pengakuan terhadap eksistensi Yang Maha Kuasa. Secara semantik kata kepercayaan memiliki beberapa arti yakni pertama, iman kepada agama.

Kedua, anggapan atau keyakinan bahwa benar sungguh ada. Ketiga, dianggap benar dan jujur. Keempat, setuju kepada kebijaksanaan 4 Aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan suatu lembaga peribadatan atau karya kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam   menghayati   dan mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, demi kesempurnaan, kesejahteraan, dan kebahagiaan lahir dan batin manusia di dunia dan akhirat.

Proses kesatuan (penunggalan) ini dapat dilakukan menurut tingkat ilmu, akal dan imannya masing-masing, yaitu dengan suatu dimensi karya kebaktian menurut kesusilaan (kebatinan), budi luhur (kejiwaan), dan karya kebaktian yang bersifat kesemestaan (kerohanian atau kesukmaan). Di dalam sejarah Indonesia, kepercayaan-kepercayaan masyarakat akan benda-benda, tumbuh-tumbuhan atau roh nenek moyang telah ada jauh sebelum Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya. Kepercayaan- kepercayaan yang dikenal dengan sebutan animisme, dinamisme, panteisme adalah agama mula-mula bangsa Indonesia.

Di dalam perkembangannya, agama asli ini disebut sebagai aliran kepercayaan atau aliran kebatinan. Di Indonesia, kehadiran sebuah agama memang bisa dilacak ketika sebuah masyarakat eksis. Agama eksis bertepatan saat ada sebuah komunitas yang eksis pula. Masyarakat yang dikatakan primitif sekalipun, harus diakui bahwa mereka bukanlah kumpulan individu yang hidup tanpa sebuah kepercayaan.

Pertanyaannya kemudian, kapankah muncul aliran kepercayaan/kebatinan? Golongan kepercayaan/ kebatinan mengatakan bahwa kepercayaan/kebatinan sudah lahir sejak waktu yang lama, yakni mulai dari jaman nenek moyang berupa animisme/dinamisme, Hindu/ Buddha, sampai dengan zaman Islam. Bahkan, penganut kepercayaan mengatakan bahwa pada dasarnya sejak peradaban kuno sebelum Hindu masuk ke bumi Republik Indonesia, bangsa Indonesia sudah menganut satu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti menganut paham monotheisme bukan polytheisme.Mencermati substansi aliran kepercayaan/ kebatinan sulit untuk menyebut aliran ini merupakan produk budaya asli Indonesia. Bisa kita cermati, bahwa sesungguhnya tidak ada budaya asli tanpa pengaruh budaya lainnya di dunia ini.

Kalau demikian, maka aliran kepercayaan/ kebatinan telah berakulturasi dengan budaya lain. Dalam sejarah, sejak Islam masuk ke Indonesia aliran ini sudah bercorak mistik Hindu/ Buddha, kemudian berakulturasi dengan mistik Islam. Proses interaksi mistik Islam dengan mistik Hindu/Buddha ini terjadi pada masa Kerajaan Islam Demak.

Oleh karenanya, pada zaman kolonial, aliran kepercayaan/ kebatinan tidak dapat berkembang sebab ia dianggap bagian dari Islam, maka hukum yang berlaku bagi penganutnya adalah hukum sebagaimana diterapkan bagi umat Islam. Dalam konteks kepercayaan, pada masa pra Hindu-Buddha, mereka adalah masyarakat yang sangat menghargai para leluhurnya. Kepercayaan yang muncul biasanya berbentuk keyakinan terhadap adanya jiwa, mirip seperti yang diungkapkan Edward Burnett Tylor tentang asal muasal agama. Agama tidak berarti hanya digolngkan dalam konteks kepercayaan terhadap tuhan, tetapi termasuk didalamnya kemungkinan adanya kesaksian manusia. Tidak terhitung banyaknya bentuuk agama yang pernah ada dalam sejarah peradaban manusia.

Pertanyaan-pertanyaan yang terkait denngan fetisshisme, totemisme, dan penyembahan terhadap berhala selalu terkait dengan agama. Satu kata psikologis tentang manusia adalah bahwa kebanyakan manusia membutuhkan pengakuan terhadap eksistensi yang maha kuasa, secara semantik kata kepercayaan memiliki beberapa arti yakni:

Pertama, iman kepada agama

Kedua, anggapan atau keyakinan bahwwa benar sungguh ada

Ketiga, dianggap benar dan jujur

Keempat, setuju kepada kebijaksanaan

Aliran kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa diindonesia diakui sebaagai suatu lembaga peribadatan atau karya kehadapan tuhan yang maha esa dalam menghayati atau mengamalkan sila ketuhanan yang maha esa, demi kesempurnaan, kesejahtraan, dan kebahagiaan lahir dan batin manusia didunia dan diakhirat.

Dalam perspektif pengahayat kepercayaan proses kesatuan (penunggalan) ini dapat dilakukan menurut tingkat ilmu, akal dan imannya masing-masing, yaitu dengan suatu dimensi karya kebaktian menurut kesusilaan (kebatinan), budi luhur (kejiwaan), dan karya kebaktian yang bersifat kesemestaan (kerohaniaan atau kesukmaan).

Penulis : DR. HR. WIJAYA,M.Si

==========================================================================================================

1 Asal-Usul Kebatinan dan Kepercayaan_ Disorot dari Kaca-Mata Terminologi dan Tinjauan History.html

2 Sofwan, Ridin, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan (Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa), Semarang: Aneka Ilmu, 1999.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top